About

2NE1 - I Am the Best

Powered by mp3skull.com
Asih Nurhidayati

Pages

Senin, 13 Mei 2013

Sejarah kemunculan Ilmu Kalam



SEJARAH KEMUNCULAN ALIRAN KALAM
Tahkim Shiffin                   (Ali: Abu Musa                  Mu’awiyah: Amr bin Ash)

KHAWARIJ

Definisi: dari kata Kharaja à Keluar
Tokoh:  Abdullah bin Wahhab ar-Rasyibi (al-Muhakkimah), Nafi al-Azraq (Azariqah),
Najdah bin Amir al-Hanafi (an-Najdah), Ibadiah, Abdullah bin Saffar (as-
Shufriyyah)
Pokok Pikiran:
1.       Pelaku dosa besar adalah kafir dan halal untuk dibunuh
2.       Kafir termasuk orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka
3.       Mencari-cari kesalahan baik pemerintah maupun para ulama.
Sehingga seringkali diidentifikasi sebagai aliran radikal pertama dalam Islam.
Barisan kelompok sakit hati secara politis.
Tumbuh dari orang-orang secara geografis Arab Badui di Gurun

SYI’AH
Secara bahasa: partai, golongan, pengikut, pendukung.
Sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaan selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad saw (ahl al-bait).
Mereka menolak kekhalifahan tiga khalifah sebelumnya à hadis gadir khumm.
Ada lima rukun iman:    Tauhid, ‘adl, nubuwwah, ma’ad, imamah (kepercayaan terhadap
adanya imam yang merupakan hak ahl al-bait).
Konsep sentral: imamah, taqiyyah, mut’ah, ma’shum



MURJI’AH
أرجأ à menunda;menangguhkan
Lahir dan berkembang à Damaskus
Tokoh Sentral : Jahm bin Shafwan
Isu sentral : POSISI IMAN
Iman didefinisikan tashdiq bil Qalbi yang mengkritisi definisi terdahulu dalam khawarij yang mengkaitkan iman dengan perbuatan. Sehingga ada hubungan langsung antara perbuatan dengan eksistensi iman. Implikasinya, khawarij mudah mengkafirkan orang lain. Sementara murji’ah, menyatakan tidak ada hubungan langsung antara iman dan amal sehingga manusia tidak dapat menyatakan kafir seseorang yang berdosa besar. Semuanya diserahkan kepada Allah.


JABBARIYAH DAN QADARIYAH
Tokoh Jabbariyah à       JA’AD BIN DIRHAM
Tokoh Qadariyah à        MA’BAD AL-JUHAINI
                                                GHAYLAN AD-DIMASYQI

ISU SENTRAL à KEKUASAAN DAN KEHENDAK MANUSIA à TAQDIR
Ayat-ayat yang digunakan Jabariyah:
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (al-Insan: 30)
4Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (as-Safat:
Kalau sekiranya kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang Telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka[498], niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui. (al-Anam: 111)

Ayat-ayat yang digunakan Qadariyah:
Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa: 111)
!$£Js9urr& Nä3÷Gu;»|¹r& ×pt7ŠÅÁB ôs% Läêö6|¹r& $pköŽn=÷VÏiB ÷Läêù=è% 4¯Tr& #x»yd ( ö@è% uqèd ô`ÏB ÏYÏã öNä3Å¡àÿRr& 3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÏÎÈ
Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 165)

¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-raad: 11)

( `yJsù uä!$x© `ÏB÷sãù=sù ÆtBur uä!$x© öàÿõ3uù=sù 4
Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". (al-Kahfi: 29)


RUKUN IMAN
Mu’tazilah (al-Ushul al-Khamsah)
  1. At-Tauhid (Tauhid)
  2. Al-‘Adl (Kedilan)
  3. Al-Wa’du wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman)
  4. Al-Manzilah Bainal Manzilatain (Satu tempat di antara dua tempat)
  5. Al-Amru Bil Ma’ruf Wa An-Nahyu ‘An Al-Munkar (Menyeru kebaikan dan melarang kejahatan)
SYI’AH
  1. Tauhid,
  2. ‘Adl
  3. Imamah (kepercayaan thdp adanya imam yang merupakan hak ahl al-bait)
  4. Nubuwwah
  5. Ma’ad

LIMA ASPEK YANG DIKRITIK ABU AL-HASAN AL-ASY’ARI:
  1. Sifat Tuhan
  2. Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia
  3. Melihat Tuhan
  4. Dosa Besar
  5. Status al-Qur’an


PELAKU DOSA BESAR
1. الخوارج :      المؤمن        فى الجنة
الكافر        فى النار
2. المرجئة :             المؤمن        فى الجنة
الكافر        فى النار
3. المعتزلة :             المؤمن        فى الجنة
الفاسق              منـزلة بين المنـزلتين
الكافر        فى النار

4. أهل السنة    :      المؤمن        فى الجنة
الفاسق              فى النار
الكافر        فى النار



TAUHID







POSITIVIS
 


NEGATIVIS
 

 



Positivis:
Tuhan bukanlah realitas transendental yang kosong tanpa isi. Isi itulah yang berupa nama-nama, sifat, dan penggambaran lain yang ada dalam kitab suci. Al-Qur’an memaparkan sifat-sifat: melihat, mendengar, berbicara, berkehendak, marah, senang, dsb. Tuhan juga memiliki tangan, wajah, mata. Dalam hadis disebutkan bahwa Tuhan turun ke bumi pada sepertiga terakhir malam untuk menemui haba-hambanya yang salat dan berdo’a. Tuhan juga digambarkan berada di singgasana (‘arsy) sebagaimana raja yang bertahta di atas singgasana (al-A’raf: 54; Yunus: 3; ar-Ra’ad: 2; Thaha: 5.
Kelompok ini berkesimpulan bahwa Tuhan memiliki mata, tangan, wajah dsb sebagaimana disebutkan kitab suci dan hadis. Semua yang dikatakan kitab suci tidak boleh ditolak atau ditafsirkan. Hanya saja cara tuhan melihat dsb tidak dapat diketahui manusia.

Negativis
Mereka menolak sifat-sifat Tuhan. Menetapkan sifat-sifat tersebut sama saja dengan mengatakan bahwa tuhan mirip dengan ciptaannya. Hal ini melanggar prinsip tauhid bahwa tidak ada persamaan antara tuhan dan makhluknya. Sifat-sifat Tuhan di dalam kitab suci harus dipahami sebagai majaz dan harus ditakwilkan. Dengan menafikan sifat-sifat Tuhan tersebut mereka mengosongkan konsep Tuhan dari suatu isi. Penyifatan tuhan dengan sesuatu dapat mengarah pada antropomorfisme.

0 komentar:

Posting Komentar