About

2NE1 - I Am the Best

Powered by mp3skull.com
Asih Nurhidayati

Pages

Kamis, 16 Mei 2013

larangan kikir

TUGAS INDIVIDU
LARANGAN KIKIR
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadits Ekonomi 1
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Enizar M.Ag



Disusun Oleh:

Nama    : Asih Nurhidayati
NPM    : 1172194
Kelas    : E
Semester    : III (Tiga)        


PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM JURUSAN SYARI’AH
 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2012/2013

KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun serta Maha Penerima Taubat bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat dan mohon ampunan-Nya.
Berkat rahmat dan Hidayah-Nya serta Inayah-Nya pulalah, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu  Prof. Dr. Hj. Enizar M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Hadits Ekonomi 1. Yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Dan mudah-mudahan Allah SWT melindungi dari kesalahan diri kami dan dari keburukan amal kami. Karena siapa saja yang disesatkan oleh-Nya maka tidak seorang pun yang bisa memberi petunjuk baginya. Dan siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pahlawan revolusioner dunia, Putra Abdullah, Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita ke jalan yang lurus.
Penulis sadar, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.



Metro, November  2012



 Penyusun
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL         i
KATA PENGANTAR         ii
DAFTAR ISI         iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang         1
B.    Rumusan Masalah         1
C.    Tujuan         1
D.    Manfaat         2
E.    Metode        2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Hadits yang Berkaitan Dengan Kikir          3
B.    Penjelasan Hadits yang Berkaitan Dengan Kikir         3
C.    Fiqhul Hadits        10

BAB III PENUTUP
Kesimpulan         13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Harta seolah-olah sudah menjadi tolok ukur tinggi dan rendahnya status sosial seseorang di masyarakat. Sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian harta menjadi buruan yang senantiasa diintai oleh para pemburunya. Bahkan bagi beberapa orang ada yang bersedia melakukan apapun, untuk bisa mendapatkan harta buruannya, walaupun dengan menghalalkan segala cara. Setelah mendapatkannya, sebagian dari kita, ada yang merasa berat untuk mengeluarkan sebagian dari harta mereka untuk disedekahkan. Padahal dalam rezeki yang mereka dapatkan, ada hak bagi anak yatim dan kaum dhuafa.
Kikir merupakan salah satu perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Sesungguhnya Islam tidak tidak melarang umatnya terhadap kelayakan hidup. Namun Islam melarang umatnya untuk tidak menikmati atau berlebihan dalam menikmati kelayakan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Kikir merupakan sifat yang menomorsatukan sifat individualisme yang menyebabkan kerusakan yang merata.
Dalam makalah ini, penulis mencoba menjelaskan lebih dalam lagi mengenai kikir tersebut dan bagaimana dampak yang akan ditimbulkan jika sifat tersebut dilakukan disertai dengan hadits yang membahas mengenai kikir.

B.    Rumusan Masalah
1.    Hadits apa yang berkaitan dengan kikir?
2.    Bagaimana penjelasan hadits yang berkaitan dengan kikir?
3.    Bagaiman fiqhul hadits dari hadits yang berkaitan dengan kikir?

C.    Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:
1.    Mengetahui hadits yang berkaitan dengan kikir
2.    Mengetahui penjelasan mengenai hadits yang berkaitan dengan kikir
3.    Mengetahui fiqhul hadits yang berkaitan dengan kikir

D.    Manfaat
Dalam penulisan makalah ini, manfaat yang dapat kita peroleh yaitu:
1.    Menambah pengetahuan
2.    Mengerti lebih dalam kikir itu seperti apa

E.    Metode
    Metode yang digunakan penulis untuk menyusun makalah ini adalah study pustaka yaitu usaha penulis menghimpun informasi-informasi yang relevan dari buku-buku ilmiah, ensiklopedi, dan sumber-sumber baik tercetak ataupun elektronik lain dan juga menggunakan bahasa dari penyusun sendiri.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits yang Berkaitan Dengan Kikir





Artinya: “Hadis Mahmud bin Ghailan, hadis waki’, hadis Sufyan dari Abdul Malik bin Umair dari Zaid bin ‘Uqbah dari Samirah bin Jundab berkata Rosulullah saw. Bersabda sesungguhnya masalah pada seorang yang kikir terhadap harta kecuali seorang sultan dalam memimpin diwajibkan meminta hartanya diwajibkan darinya Abu Isa berkata hadis ini hadis Hasan Shahih.”

B.    Penjelasan Hadits
    Kikir (bakhil) adalah sifat tercela dan kadang-kadang sampai kepada dosa.  Bakhil alias Kikir alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah.  Kikir dalam bahasa arab "Bakhil" dan menurut istilah sifat seseorang yang amat tercela dan hina, tidak hendak mengeluarkan harta yang wajib di keluarkan baik dalam ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau menurut ketentuan prikemanusian seperti sedekah, infak, dan hadiah.
Al-Jurjani dalam kitab At-Ta’rifat (1988: 42) mendefinisikan bakhil dengan menahan hartanya sendiri, yakni menahan memberikan sesuatu pada diri dan orang lain yang sebenarnya tidak berhak untuk ditahan atau dicegah, misalnya uang, makanan, minuman, dan lain-lain.
Dalam Tafsir Al-Maraghi Jilid IV (1993: 257) disebutkan bahwa bakhil adalah tidak mau menunaikan zakat dan enggan mengeluarkan harta di jalan Allah. Hal ini sejalan dengan makna bakhil yang diutarakan oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam Kitab Tafsir Al-Aisar Jilid I (1992: 416), bahwa orang yang bakhil adalah orang yang memiliki harta tapi mereka pelit untuk menginfakkan hartanya.
Memang orang-orang yang bakhil itu selalu beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang terbenar dan terbaik. Dan sangat jelas bagimana ancaman Allah terhadap para orang-orang yang kikir. Harta yang menjadi penyebab kebakhilan mereka akan kalungkan di leher-leher mereka kelak pada hari kiamat.
Bakhil memang merupakan sifat yang sangat berbahaya dan menakutkan. Sehingga ia bisa menggagalkan seseorang yang mati berperang di jalan Allah (jihad) untuk mendapatkan predikat Syahid. Hal ini pernah terjadi pada masanya Rasulullah. Suatu ketika seorang sahabat tewas di dalam medan pertempuran hingga banyak orang yang menangisinya, termasuk seorang perempuan yang selalu merintih-rintih dan beranggapan dia akan masuk surga karena mati membela agama Allah (Syahid). Mengetahui ini Rasulullah langsung berkata kepada perempuan itu “Bagaimana engkau tahu kalau dia ini seorang yang Syahid? Karena bisa jadi semasa dia hidup pernah berbicara hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya atau ia berlaku kikir terhadap harta yang sebenarnya tidak menjadikan ia kekurangan”.
Rasulullah sangat khawatir sekali akan dihinggapi sifat tercela ini. Sampai beliau tidak pernah sekalipun menolak permintaan orang lain. Bagi beliau seorang mukmin yang benar-benar beriman adalah orang yang di dirinya tidak memiliki perasaan kikir. Bahkan Allah lebih senang terhadap orang yang sangat bodoh tetapi mempunyai sifat dermawan dari pada orang yang khusyu’ beribadah namun memelihara perbuatan bakhil.
Islam menganggap bakhil sebagai perbuatan dosa besar. Hal ini telah dijelaskan oleh Al-Qur’an :
“Sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3 : 181)
Agama Islam menganggap harta yang berada dalam pangkuan manusia adalah harta kepunyaan Allah yang dianugerahkan oleh-Nya kepada mereka. Harta tersebut sebagai titipan agar dibelanjakan untuk kepentingan pribadinya dan untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Tidak mau memberikan sebagian harta tersebut berarti penimbunan terhadap barang titipan dan mencegah fungsi yang sebenarnya, yaitu agar beredar di tangan masyarakat. Tentu saja hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap pemilik harta itu sendiri.

Dampak Dari kikir
    Tercantum dalam Q.S ali-imron ayat 180:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ          الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya : “Dan jangan lah orang-orang yang kikir dangan apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya mengira bahwa kekiran itu baik bagi mereka kelak harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan dilehernya dihari kiamat dan kepunyaan Allah segala pusaka yang dilangit dan di bumi dan Allah menetahui apa yang kamu kerjakan”.
    Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa sifat kikir itu perbuatan tercela dan kelak mereka juaga akan memdapatkan belasan dari perbuatan mereka sendiri karena harta yang tidak dinafkahkan dijalan Allah akan dikalungkan diakhirat nanti. Maka jangan beranggapan bahwa kekikiran menguntungkan harta benda orang kikir beranggapan bahwa menyimpan harta untuk dirinya sendiri itu baik, Akan tetapi secara tidak sadar mereka telah di perbudakkan oleh harta itu sendiri
Orang yang kikir ini juga akan menyebabkan malapetaka yang besar terhadap suatu masyarakat karena penyakit ini bisa menanamkan rasa dengki dan iri hati dalam jiwa. Sebagimana tercantum dalam Q.S Al-Lail Ayat 8-11:

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (11)

Artinya :“Adapaun orang yang kikir dan meras dirinya merasa serba kecukupan dan mendustakan dengan kebaikan maka kami akan mudahkan dia kejalan yang payah dan hartanya tidak akan menolong dia apabila dia terjerumus”

Pada ayat di atas Allah menerangkan bahwa harta yang di tumpuk-tumpuk dan yang dikikirkan itu tidak akan berguna baginya apabila telah mati, tidak akan ada yang dibawanya kedalam liang kubur dan Allah akan menyediakan mereka jalan yang sulit.
Dan suatu hadits yang diriwayatkan Muslim yang diterima Jabir bin Abdullah yang Artinya :“Dan takutlah kalian semua pada perbuatan aniyaya sesunguhnya aniyaya itu merupakan kegelapan pada hari kiamat nanti dan takutilah kami bersikap kikrir sesunguhnya kekikiran itu telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu sikap kikir itu telah membawa mereka pada pertumpahan darah ( diantara mereka )”.
Dalam hadits diatas Nabi mengingatkan kepada kita agar jangan saling berbuat aniaya dan bersikap kikir. Karena sikap kikir hanya akan menimbulkan kehancuran saling membunuh dan saling melanggar larangan umat terdahulu
Allah memberikan pada orang kikir supaya merubah cara mereka berpikir dan Allah SWT, telah memberi mereka banyak karunia baik berupa harta, ilmu, kemegahan, maupun macam-macam kedunian lainnya, akan tetapi setelah karunia itu diterimanya justru dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dia enggan memberikan sedekahnya untuk orang lain.
Dalam sebuah hadits Rasul menegaskan bahwa orang yang kikir tidak akan masuk surga.
لا يدخل الجنّة حبّ ولابحيل وسيءالملكة

Artinya : “Tidak akan masuk surga orang –orang yan menipu, bakhil (kikir) dan orang-orang yang buruk mengurus miliknya “( H R Tirmidzi ).

Riwayat lain yang Artinya : “Dan orang-orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari alloh, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat pada neraka”. ( H R tirmidzi ).
7 bencana bagi orang yang kikir:
1.    Bila ia mati maka hartanya akan diwarisi oleh orang yang tidak mau membelanjakan dan mendermakan hartanya di jalan yang diperintahkan Allah.
2.    Hartanya dirampas oleh penguasa kejam, sesudah menghina dirinya terlebih dahulu.
3.    Dibangkitkan nafsu syahwatnya, sehingga semua hartanya habis.
4.    Diusulkan untuk membangun gedung di tempat yang rawan sehingga menyebabkan hartanya lenyap.
5.    Tertimpa bencana dunia, seperti banjir, kebakaran, perampokan dan sebagainya.
6.    Terkena penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk biaya pengobatan.
7.    Menimbunnya di tempat sehingga ia lupa dan tidak bisa menemukannya kembali.




Penanggulangan dari Sikap Kikir
Semua masalah pasti ada solusinya/penagulanganya, baik itu lahir maupun batin, kikir adalah salah satu masalah yang merusak ketentraman jiwa seseorang. Oleh sebab itu sifat kikir jangan di biarkan berturut-turut.
Ada beberapa penawar yang dapat menyembuhkan seeorang dari sifat kikir.
a) Keyakinan dibawah segala sesuatu itu milik Allah sempat tercantum dalam Q.S Ali-Imron ayat 109:
 وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُور

Artinya : “Kepunyaan Allah ialah segala yang ada di langit dan di bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan”. Ketika seeorang telah merasa bahwa segala sesuatu milik Allah maka ia tidak merasa memiliki terhadap benda andi kata ia diberi keleluasaan rizki oleh Allah maka hatinya akan terorong untuk bersodaqoh.”

b) Banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan seperti tercantum dalam Q.S ibrahim ayat 7:

 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya : “Sesunguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu menginkari (nikmat-Ku) maka sesunguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Dalam ayat di atas di jelaskan bahwa konsekwensinya jika seorang menyukuri nikmat Allah (menginfakan harta di jalan Allah). Maka Allah memberi tambahan yang lebih baik. Namun apabila mengingkarinya maka ingatlah sesunguhnya azab Allah sangat pedih. Selanjutnya orang yang senantiasa bersyukur hidup akan merasa berkecukupan dengan apa yang diberiksan.


c) Adanya motivasi untuk bersodaqoh
Kita Memahami Sebuah Ayat Yang Tercantum Dalam Q S Al- Baqoroh ayat 261.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang meninfakan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir pada setiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang ia khendaki. Dan Allah Maha luas karuni-Nya lagi Maha Mengetahui”.

Jadi perbandingan harta yang di infakan di jalan allah itu 1 : 700. Jadi teman-teman yang kami cintai ini boleh dikatakan motivasi dari Allah agar kita rajin sodaqoh. Walaupun tujuan utama kita beramal bukan pahala dan takut siksa melainkan mengharap Ridho Allah SWT.

Nasib si Kikir
    Sebagaimana ditetapkan di dalam “Al Jami‘ul Khabir” dari Abdullah bin Jarad bahwa Rasulullah telah bersabda:”Di dalam surga ada sebatang pohon yang bernama “sakhaa ” yang berbuah “sakhaa” dan di neraka pohon “syahhu ” yang berbuah “syahhu” dan tidak akan masuk surga orang yang kikir.
    Banyak contoh tentang kehancuran orang-orang yang bakhil. Salah satunya adalah Qarun sebagai raja kebakhilan yang pernah muncul di muka bumi ini. Di mana Allah akhirnya menenggelamkannya beserta pengikut dan hartanya. Kisah detailnya bisa dibaca dalam Al-Qur`an pada surah Al-Qashash. Hal ini perlu kita cermati sebagai pelajaran bahwa bakhil dapat membawa kehancuran di dunia dan di akhirat.
    Kebinasaan yang akan ditimpa oleh orang-orang yang kikir tidak hanya di akhirat saja, bahkan Allah SWT menyegerakan azab bagi mereka di dunia. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
“Tidaklah suatu kaum mencegah dari memberikan zakat kecuali Allah akan menimpakan bala’ kepada mereka dengan paceklik.” (HR Ath Thabarani)

C.    Fiqhul Hadits
    Hadits di atas menjelaskan mengenai adanya larangan perbuatan kikir. Pada dasarnya harta punya sifat yang saling bertolak belakang. Kadang-kadang dapat menyelamatkan pemiliknya, namun tak sedikit pula mencelakakan. Oleh sebab itu Islam telah mengatur bagaimana caranya seorang muslim dapat memanfaatkan harta yang dimilikinya itu agar berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Belumlah lengkap jika harta itu hanya dinikmati untuk kepentingan duniawi dan sama sekali tak berpengaruh pada kehidupan akhirat. Keduanya harus mendapat porsi yang seimbang.
 Harta adalah karunia Allah SWT. Meskipun tidak sedikit orang yang menganggap harta itu miliknya sendiri ia merasa kerja keras untuk mendapat harta itu. zaman sekarang banyak sekali orang yang mendewa-dewakan hartanya dan itu termasuk sikap tercela termasuk perbuatan-perbuatan kikir. Larangan kikir di jelaskan pada surat Al-Lail ayat 8-11 dan Al-Hasyr ayat 9.
Perbuatan kikir dapat di sebabkan beberapa faktor:
1.    Karena hartanya merasa milik sendiri
2.    Karena takut harta mereka berkurang
3.    Tidak punya rasa kasih sayang
4.    Merasa dirinya lebih dari orang lain padahal kikir tidak bisa dibiarkan berturut-turut karena cepat maupun lambat akan merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain jadi sikap kikir di larang dalam agama.

    Sangatlah beruntung orang kaya yang mampu mengendalikan harta kekayaannya. Dimanfaatkan untuk jalan kebaikan, gemar bersedekah, berzakat, menunaikan ibadah haji, infak, menyantuni yatim piatu dan sebagainya. Semakin banyak hartanya semakin sering pula ia bersyukur pada Allah. Ibadahnya pun jadi lebih tekun. Orang-orang yang demikian ini sadar kalau harta yang didapatkan semata-mata karena kemurahan Allah sehingga dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
    Secara bijaksana al-Qur'an telah menginformasikan suatu larangan berdimensi sosial untuk kesejahteraan manusia agar harta tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang saja. Larangan dalam pembelanjaan harta, larangan bersikap kikir/bakhil dan menumpuk harta. Kesadaran untuk membantu penderitaan yang dialami orang-orang yang kekurangan sangat mendapatkan porsi yang besar di dalam Islam.
    Banyak kerugian yang akan dialami oleh orang-orang yang kikir kerugian tersebut antara lain:
1.    Kerugian dialami oleh hati
    Orang yang kikir tak pernah merasakan lapangnya dada, atau puasnya hati saat memiliki. Panasnya hati saat berambisi terhadap sesuatu yang belum dimiliki, melalaikan dirinya dari kebahagiaan yang mestinya dia rasakan karena telah memiliki sesuatu yang bisa dinikmati. Derita ini tidak pernah berkurang kadarnya, meski dia telah berhasil meraih ambisinya. Karena sifat tamaknya segera mengalihkan pandangannya kepada kenikmatan lain, sebelum dia sempat menikmati hasil jerih payahnya. Jika keberhasilannya meraih tujuan tak bisa membuat hati menjadi nyaman dan tenang, lantas bagaimana jika usahanya menemui jalan buntu, betapa hatinya makin terbakar karenanya. Sungguh beruntung, jiwa yang terhindar dari kikir dan bakhil.

2.    Miskin teman dan renggangnya hubungan kekerabatan
    Orang yang kikir akan dijauhi, karena tak ada untungnya bergaul dengan orang yang kikir dan bakhil. Ambisi dan sifat rakusnya bahkan membahayakan siapapun yang dekat dengannya. Hartanya terancam, kehormatannya teranacam, bahkan terkadang nyawa juga tak aman dari ancaman. Karena orang yang kikir hanya peduli dengan dirinya sendiri, dan tidak memikirkan kepentingan orang lain. Nabi SAW bersabda,
    ”Jauhilah oleh kalian sifat kikir (syuhh). Karena sifat itulah yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat kikir menyuruh mereka berlaku zhalim, maka merekapun berlaku zhalim. Kikir menyuruh mereka memutus kekerabatan, merekapun memutusnya.” (HR Abu Dawud)
    Harta yang mestinya berfaedah menenangkan jiwa, juga mengikat sahabat dan kerabat, justru menjadi petaka bagi orang yang bakhil. Padahal persahabatan, persaudaraan dan kekerabatan adalah faktor penting yang mendukung kebahagiaan dan ketenangan. Jauh lebih penting dari sekedar mempertahankan harta dan menimbunnya.
   



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kikir (bakhil) adalah sifat tercela dan kadang-kadang sampai kepada dosa. Bakhil alias Kikir alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Kikir dalam bahasa arab "Bakhil" dan menurut istilah sifat seseorang yang amat tercela dan hina, tidak hendak mengeluarkan harta yang wajib di keluarkan baik dalam ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau menurut ketentuan prikemanusian seperti sedekah, infak, dan hadiah.
    Sifat kikir sangatlah di larang oleh Allah karena tidak ada hal positif yang di timbulkan dari sifat tersebut. Kikir malah akan menyengsarakan baik di dunia dan di akhiratnya. Sesungguhnya harta itu kan milik Allah, kita sebagai manusia hanyalah dititipkan harta tersebut agar dapat memanfaatkannya di jalan yang benar. harta yang di tumpuk-tumpuk dan yang dikikirkan itu tidak akan berguna baginya apabila telah mati, tidak akan ada yang dibawanya kedalam liang kubur dan Allah akan menyediakan mereka jalan yang sulit.
Sikap kikir hanya akan menimbulkan kehancuran saling membunuh dan saling melanggar larangan umat terdahulu. Allah memberikan pada orang kikir supaya merubah cara mereka berpikir dan Allah SWT, telah memberi mereka banyak karunia baik berupa harta, ilmu, kemegahan, maupun macam-macam kedunian lainnya, akan tetapi setelah karunia itu diterimanya justru dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dia enggan memberikan sedekahnya untuk orang lain.

Dampak yang ditimbulkan dari sifat kikir tersebut antara lain:
1.    Kerugian dalam hati
2.    Miskinnya teman dan renggangnya hubunga kekerabatan
3.    Tidak akan masuk surga

  
DAFTAR PUSTAKA


Abi Zakaria Yahya bin Syarof an-Nabawi,Al-Imam.1994.Riyadhus Shalihin.Jakarta:Pustaka Amani

Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Ibnu.2003.Asbabul Wurud 3, Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul.Jakarta:Kalam Mulia

http://langitan.net/wp-content/themes/for-langitan/images/bg-stripe.png, di unduh pada 10 November 2012

http://s6.scribdassets.com/favicon.ico, di unduh pada 8 November 2012
http://f4tu.blogspot.com/2009/08/larangan-kikir.html, di unduh pada 10 November 2012

http://0.gravatar.com/blavatar/8b558f3bb3eaa12fafc6a3248d4a8e6b?s=16, di unduh pada 10 November 2012

http://van-explore.blogspot.com/favicon.ico, di unduh pada 22 November 2012

http://media-islam.or.id/wp-content/themes/atahualpa/images/mediaislam.ico,di unduh pada 22 November 2012

http://s2.wp.com/i/favicon.ico?m=1311975824g, di unduh pada 22 November 2012

0 komentar:

Posting Komentar