About

2NE1 - I Am the Best

Powered by mp3skull.com
Asih Nurhidayati

Pages

Selasa, 23 April 2013

Lagu Terakhir



LAGU TERAKHIR

Setiap hari telinganya akrab dengan lagu-lagu cinta. Ia tak pernah peduli pada lirik-lirik cengeng itu. Baginya musik adalah hidupnya. Setiap lagu yang ia dengar, selalu mewakilkan perasaan yang sedang ia alami. Musik selalu bisa menenangkan jiwanya. Musik juga selalu menjadi teman yang baik untuknya dalam suasana apapun.
            Gadis itu adalah Nayra. Si cewek berumur 15 tahun dan duduk di kelas X. Karakter dan sifat yang ia punya adalah seorang remaja yang pendiam, pemalu, dan tak terlalu mempersoalkan masalah penampilan maupun asmara. Bisa dibilang Nayra tipe orang yang cuek. Tak seperti remaja-remaja lain yang sibuk akan fashion. Mengikuti arus trend masa kini dan sibuk bergonta-ganti pacar menikmati cinta monyet.
            Hadirnya dirimu, berikan suasana baru. Kau mampu tenangkan aku, disaat risau dalam hatiku. Lembutnya sikapmu meluluhkan hati ini. Terbuai aku terlena oleh dirimu...
 Lagu vagetos itu dengan lantang dinyanyikannya.
            Hari-harinya berubah semenjak ia mengenal cowok yang mampu menarik perhatiannya. Arian, cowok tinggi dan hitam manis namun berbadan kurus itu telah mampu mencuri hati Nayra. Arian adalah kakak kelasnya, yang duduk di kelas XI. Untuk pertama kalinya Nayra merasakan ada yang aneh yang ia rasakan.
            Mereka mengikuti ekstrakulikuler yang sama yaitu KIR (Karya Ilmiah Remaja). Mereka berkenalan pertama kalinya saat satu kelompok dalam pembuatan tugas akhir berupa karya ilmiah.
***
            “Maaf kak, kak Arian dan kak Leo ada nggak?” Tanya Tiara kepada salah satu siswa XI IPA 1.
            “Iya ada di dalam, aku panggil dulu,” Jawab kakak cantik itu dengan ramah.
            Tak lama kemudian, dua orang cowok keluar. Berjalan ke arah Nayra dan rekan-rekan yang telah menunggu di pojok depan kelas XI IPA 1.
            Tiara yang memang mengenal kedua cowok IPA 1 itu mengawali pembicaraan.
            “Kak, ini ada yang mau ngomong masalah KIR”. Tiara menunjuk Nayra dan Dewi.
            “Ooh ... Aku Arian, ini Leo”. Arian mengulurkan tangan.
            “Aku Nayra dan ini Dewi”. Jawab Nayra sambil mengulurkan tangannya.
            Tet ... Tet ... Tet ...
            Bel masuk kelas telah berbunyi.
            “Ini nomorku. Catat ya? 085789130210. Nanti kita bahas lagi”. Arian mendekte nomornya.
            “Ya udah kak, makasih. Kita masuk dulu”. Kata Nayra yang kemudian berjalan ke kelasnya X1.
***
            Keesokan hari setelah pulang sekolah. Arian, Nayra dan rekan-rekan telah janjian untuk mengerjakan karya ilmiah.
            “Kita bikin judul apa ini maunya?” Leo memulai.
            “Gimana kalo jenang garut?” Ide Arian.
            “Boleh-boleh ...” Jawab kelompok yang lain kompak.
            “Oke.. Judul udah ada. Ini contoh-contoh karya ilmiahnya”. Arian mengeluarkan beberapa karya ilmiah dari tas hitamnya.
            “Siapa yang mau nulis?” Tanya Leo.
            “Nayra!!!” Tunjuk Dewi, Yanti dan Nurma kompak.
            “Ini buku dan penanya. Tugas kamu nulis bahan-bahannya. Ikutin contoh ini”. Jelas Arian tenang.
            Arian, Leo, Nayra, Yanti, Nurma dan Dewi sibuk dengan tugasnya masing-masing. Arian lebih dekat dengan Nayra. Tugas mereka berhubungan. Canda tawa menyertai kegiatan mereka.
            Dua jam berlalu, tugas karya ilmiahpun tak selesai seluruhnya. Sore telah tiba. Mereka mengakhiri kerja kelompoknya hari ini.
            “Nay, bukunya kamu aja yang bawa?” Ucap Arian.
            “Ooh, iya Kak ...”
***
            Suara Britney Spear, nada ponsel Nayra memecah keheningan malam. Layar hanphonenya terlihat “Arian calling”. Ntah kenapa senyum seketika mengembang di pipi cewek keturunan jawa itu.
            “Hallo, assalamu’alaikum”. Nayra mengangkatnya.
            “Wa’alaikumsalam... Nayra, gimana ada kesulitan nulis nggak?” Arian basa-basi.
            “Nggak kak, lancar”.
            “Btw lagi ngapain nie?”
            Perbincangan semakin tak mengarah ke karya ilmiah. Mereka berdua asyik mengobrol. Saling mengenal satu sama lain. Hingga obrolan itu terputus.
            Hati Nayra begitu senang. Dia merasa ada hal yang menarik yang ada di diri Arian. Sejak kerja kelompok KIR kemarin, benih-benih suka mulai tumbuh. Semakin hari Arian semakin menunjukkan perhatiannya pada Nayra. Arian terus menghubungi Nayra. Lama-kelamaan rasa suka itu benar-benar muncul di hati Nayra. Perasaan kecewa  selalu muncul dikala Arian tak menghubunginya. Senang saat Arian menghubunginya.
            Singkat cerita, satu tahun lebih pendekatan berlangsung. Akhirnya Arian memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Nayra. Dengan nada malu-malu dan sedikit grogi. Bibir Arian perlahan terbuka. Meski berat, Arian coba berkata.
            “Dek, kakak boleh bilang sesuatu?” Ungkap Arian pelan tapi serius.
            “Iya, apa Kak?” Jawab Nayra penasaran.
            “Kakak boleh minta hati adek nggak ?”
            “Hmm... nanti aku nggak punya hati dong Kak”. Jawab Nayra bercanda.
            “Nanti hati kakak buat adek. Trus hati adek buat kakak”. Terang Arian lebih jelas.
            “Maksudnya???” Nayra mulai mencium glagat aneh maksud pembicaraan itu.
            “Jadi pacar kakak”.
            Deg!!! Nayra terdiam. Hatinya bergejolak. Betapa senang hati Nayra mendengar pernyataan itu. Karena memang dari awal Nayra sudah menyimpan rasa suka. Namun, hatinya masih sangat bimbang. Untuk pertama kalinya ia harus menjawab pernyataan cinta seperti ini. Dengan berat, akhirnya mulut Nayrapun terbuka.
            “Kasih aku waktu ya kak?” Jawabnya terbata-bata.
***
            Suara Britney Spear berbunyi. Tanda seseorang menelfonnya. Nayra yang sedang menonton televisi berlari menuju sumber bunyi berasal. Dia berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya. “Arian calling”. Nah lo!! Nayra bingung bukan kepayang. Nampak jelas raut mukanya yang masih ragu. Namun dengan berat, tombol yes di kliknya.
            “Assalamu’alaikum”. Terdengar suara khas cowok yang dua hari lalu menyatakan perasaan padanya.
            “Wa’alaikumsalam”. Jawab Nayra dengan berusaha biasa.
            “Dek, kakak punya sesuatu untuk adek. Dengerin ya?”
            Jreng... Jreng... Jreng...
            Suara gitar memulai.
            Aku masih menunggumu bicara, menanti jawaban di hatimu... Dalam gelap ini, dalam terang ini. Ku masih menunggu...
            Suara gitarpun berhenti.
            Nayra terdiam mendengar kakak kelasnya menyanyikan lagu untuk dirinya. Namun, Nayra berusaha tenang.
            “Suara kakak bagus ya?” Nayra tertawa ringan.
            “He... He... He... “ Arian tertawa malu.
            “Sabar ya kak, nanti aku jawab kok. Tapi lewat sms aja ya? Aku malu”. Nayra mencoba mengulur waktu.
            “Sekarang aja sih dek. Nggak sabar udahan kakak ini. Deg-degan tingkat tinggi”.
            “Iya udah aku jawab. Tapi jangan nyesel”. Ungkap Nayra dengan nada berbeda.
            “Iya deh. Kakak akan terima apapun jawaban adek”. Arian mencoba kuat.
            “Maaf kak, aku nggak bisa....” Nayra terdiam.
            “Hmm....” Jawab Arian lemah dan terlihat sedih.
            “Nggak bisa untuk nolak kakak”. Nayra tertawa.
            “Apa!!!” Arian kaget seolah tak percaya.
            “iya kak iya”. Nayra meyakinkan.
            “Alhamdulillah...!!! Makasih adekku sayang”. Seketika Arian meluapkan kegembiraannya.
            Nayra benar-benar tak percaya. 13 Februari 2010 adalah hari spesial. Dimana ia bersatu dengan kakak yang satu tahun lebih ini mendekatinya.
            Dengan suka cita, ia menjalani hari-harinya yang kini tak lagi kosong. Semakin hari keduanya semakin kompak. Saling mengenal pribadi masing-masing dan kebahagiaan yang ada. Masalah demi masalah juga ikut mewarnai kisah kasih mereka. Namun dengan kekuatan cinta, hubungan itu mereka pertahankan hingga lama.
            Cerita indah mulai terukir. Way Bungur, tempat pertama yang mereka kunjungi. Pinggir sungai yang indah dan nyaman menjadi saksi bisu cinta mereka.
            “Darimana ini?” Tanya Bunda saat Arian dan Nayra mengobrol di ruang tamu rumahnya sepulang dari tempat tersebut.
            “Dari ngambil foto untuk tugas kesenian yang suruh cari foto itu loch Bun”. Nayra menjelaskan.
            “Jadi ngrepotin nak Arian”. Sambung Bunda.
            “Nggak apa-apa Bu. Sambil jalan-jalan. Kebetulan juga lagi nggak sibuk”. Arian menjelaskan.
            “Ibu tinggal ke belakang dulu kalo gitu”. Bunda pergi ke belakang meninggalkan Arian dan Nayra berdua.
            “Sepertinya Bunda welcome dech, seneng banget”. Gumam Nayra dalam hati sambil tersenyum.
            Maklum, baru pertama Nayra memperkenalkan seorang cowok sebagai kekasihnya kepada Bunda. Matahari semakin condong ke barat. Pertanda waktu semakin sore. Arian pun berpamitan pulang.
***
            13 Februari 2011, menjadi tanggal yang tak biasa. Perayaan hari jadi itupun mereka rayakan. Arian yang notabene bekerja, menyempatkan datang menemui kekasih hatinya itu. Merayakan satu tahun pacaran mereka. Dengan satu kotak tanggung, Arian berjalan masuk ke rumah Nayra.
            Nayra yang memang dari pagi telah setia menunggu, tersenyum bahagia melihat kekasihnya datang. Surprise yang ia dapat. Perayaan hari itu menjadi kenangan termanis yang terukir sepanjang sejarah.
            “Sayang, happy anniversary yach? Makin baik, makin sayang, makin cinta dan makin segala-galanya. Kakak sayang dan cinta sama adek. Kita jaga cinta ini benar-benar yach? Kakak nggak pengen kehilangan adek. Kakak mencintai adek lebih dari diri kakak sendiri”. Ungkap Arian serius sambil menatap Nayra yang ada di depannya.
            “Makasih kak. Adek seneng banget denger semua itu dari mulut kakak sendiri. Semoga apa yang kakak katakan benar adanya. Karena itu juga yang adek rasain. Walaupun kakak cinta pertama adek, tapi ntah kenapa adek merasa kakak juga cinta terakhir adek”. Ungkap Nayra berkaca-kaca.
            “Iya, kakak punya hadiah spesial buat adek. Buka geh?” Arian memberikan kotak yang dibawanya.
            Dengan rona bahagia, Nayra secara perlahan membuka pita pink penghias kotak itu. Kemudian ia mulai membuka bungkusan bergambar hati dan sepasang burung merpati yang bernuansa pink itu secara perlahan dan hati-hati.
            Dengan penasaran, Nayra membuka kotak yang telah terlepas dari bungkusnya itu. Muka senang begitu terpancar di muka Nayra setelah tahu isi kotak tersebut. Secara perlahan boneka bear kuning itu diambilnya. Nayra fikir hadiah hanya itu saja. Namun saat mata bulatnya memperhatikan dengan jelas boneka bear itu. Ternyata tergantung sebuah kalung berbentuk hati. Dengan cepat tangannya meraih kalung yang terukir nama Arian dan Nayra tersebut.
            “Makasih ya kak buat ini semua”. Ungkap Nayra senang.
            “Iya sama-sama. Kakak Cuma pengen kasih hadiah buat adek karna udah mendampingi kakak selama satu tahun ini. Sini kakak pakein kalungnya!” Arian mencoba mengambil kalung digenggaman Nayra.
            Nayra berbalik badan dan mengangkat rambutnya. Tak lama kalung itu telah tergantung di lehernya. Begitu pas  dan terlihat indah.
            “Adek keliatan cantik dech”. Puji Arian.
            “Gomball!!!” Ledek Nayra.
            “Yee... Kok gombal sih. Bener geh”.
            “He... He....” Senyum malu-malu mengembang di bibir Nayra.
            Merekapun tertawa bersama. Nayra kemudian masuk ke kamar. Setelah keluar, kotak tanggung yang ia bawa.
            “Kak, aku juga punya sesuatu buat kakak. Buka ya?” Nayra menyerahkan kotak yang dibawanya itu.
            “Aduh, apa ya isinya kira-kira. Kakak jadi penasaran”. Kata arian lebay
            Secara perlahan Arian mulai membukanya. Bungkus kertas kado bergambar hati secara perlahan terbuka. Kotak tak terbungkus itu kemudian dibuka. Arian terkejut!! Boneka betmen ia dapatkan dari pujaan hatinya.
            “Makasih adekku”. Arian menarik hidung Nayra.
            Seharian itu begitu indah bagi Arian juga Nayra. Arian menunjukkan sikap yang lebih baik dan lembut daripada biasanya. Dia selalu mencoba untuk bersikap seromantis mungkin. Harapan-harapan baru juga mereka panjatkan. Kritikanpun mereka lakukan secara bergantian agar keduanya bisa berubah lebih baik lagi ke depannya.
***
            Saat ini Nayra duduk di kelas XII. Bulan April depan ia akan mengikuti ujian. Intensitas bertemu dan komunikasipun mulai dikurangi. Arian mengerti benar kesibukan Nayra menjelang hari-H pelaksanaan ujian. Dengan kesadaran, Arian memberikan buku-buku panduan ujiannya dulu kepada Nayra. Berharap Nayra bisa belajar dengan lebih baik lagi.
            Kesabaran dan pengertian selalu Arian aplikasikan. Motivasi-motivasi selalu Arian berikan. Arian juga tak segan-segan memarahi Nayra jika malas-malasan belajar. Satu harapan yang ingin didapatkan untuk kekasihnya itu. Kata lulus dan tak ingin kekasihnya itu mengecewakan orang tuanya.
            Setengah bulan sebelum pelaksanaan ujian, Nayra sempatkan waktunya untuk sekedar jalan berdua dengan Arian. Nayra sadar benar waktunya tersita untuk belajar. Tujuan mereka kali ini adalah Raman Utara. Mereka berjalan-jalan menghabiskan waktu berdua. Nayra melupakan sejenak pikirannya mengenai ujian. Hari ini benar-benar ingin ia sembahkan untuk Arian kekasihnya itu.
            Hari ini bukan sekedar jalan-jalan. Arian dan Nayrapun bertukaran ponsel. Hal pertama yang mereka lakukan. Sekitar pukul 14.30 merekapun mengakhiri acara jalan-jalan mereka hari ini. Arian mengantar Nayra pulang. Dan Arianpun mampir sejenak sekedar melepas lelah.
            Setelah Arian pulang, ponsel Arian yang dibawa Nayra tiba-tiba mati. Seketika muka panik terlihat jelas. Dia tak tahu harus bagaimana. Baru pertama ia membawa ponsel Arian namun ponselnya tiba-tiba mati.
            Mengetahui Nayra bertukaran ponsel dengan Arian, Ary kakak Nayrapun marah. Nayra dimarah abis-abisan. Ary tak suka adek perempuan satu-satunya itu terlalu dekat dengan Arian.
            Nayra hanya diam. Dia tak berani menjawab apapun perkataan kakaknya itu. Semenjak Ayahnya meninggal dunia saat dia duduk di kelas XI, kakaknyalah yang bertanggung jawab menjaganya.
            “Kembalikan hp itu kepada Arian. Ambil hp kamu lagi. Nggak usahlah pakek acara tuker-tukeran. Kakak nggak suka. Kalo emang kamu udah bosen sama hp kamu, jual trus beli lagi. Dengerin!!!!” Nada Ary tinggi kemudian berlalu pergi meninggalkan Nayra.
            Nayrapun berlari ke dalam kamar. Dijatuhkanlah tubuhnya di tempat tidur. Tetesan air mata Nayra mengalir sangat deras. Kesedihan yang teramat sangat ia rasakan detik itu. Pikirannya tak tentu arah. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Sekedar menghubungi Arianpun tak bisa ia lakukan. Ia hanya terbaring lemah tak berdaya. Pikirannya kosong ketakutan.
            “ Ternyata kak Ary nggak suka aku deket dengan Arian. Terus gimana?? Ya Allah, kenapa hp ini harus rusak sih. Setengah bulan lagi aku ujian. Jangan beri aku cobaan masalah. Aku pengen konsen belajar”. Kalimat yang terucap ketika tangisnya terhenti.
             Malam ini benar-benar menjadi malam keterpurukan Nayra. Ia tak menyangka semua akan seperti ini. Nggak ada cara apapun yang bisa ia lakukan detik ini.
***
            Pagi-pagi Nayrapun berangkat ke sekolah. Mukanya kusut, matanya pun terlihat bengkak karena tangis semalam.
            “Kamu kenapa loch Nay?” Tanya Risa penasaran.
            Nayrapun menceritakan kepada sahabatnya itu. Semua apa yang sedang ia alami. Dengan curhat itulah, Nayra menjadi lebih tenang. Mukanya sedikit terlihat lebih cerah. Solusi telah ia dapatkan.
            Sepulang sekolah, Nayra berhenti disalah satu counter terbaik di daerahnya.  Dengan tekat, ia beranikan dirinya masuk ke counter.
            “Pak, mau benerin hp ini. Kira-kira apa ya yang rusak?” Pertanyaan awal Nayra.
            “Ini harus di flash Dek, sama ganti ic pipetnya”. Jelas pemilik counter.
            “Kira-kira abis berapa Pak?”
            “75 ribu Dek”.
            Nayra diam sejenak. Ia berpikir masalah dana. Untung saja tabungannya pas 75 ribu.
            “Ya udah Pak, tolong perbaiki ya?”
            Nayra duduk menanti hpnya selesai diperbaiki. Setengah jam akhirnya hp itu selesai. Melihat itu, hati Nayra kembali tenang. Senyum sudah terlihat di pipinya.
            Iapun cepat-cepat menaiki motor supra fit hitam melesat pulang ke rumah. Sesampai ia di rumah, ia langsung memasang nomor hpnya. Benar ternyata, banyak sms Arian yang masuk. Akhirnya Nayrapun menghubungi kekasihnya itu dan menceritakan semuanya. Namun ia tak akan menceritakan kalau kak Ary marah-marah kepadanya.
            Klik, tombol terangkat...
            “Assalamu’alaikum,” Suara Arian kembali terdengar.
            “Wa’alaikumsalam,” Nayra menjawab dengan tenang.
            “Adek, kemana aja? Kenapa kakak hubungin semaleman nggak bisa? Kakak khawatir tau”. Pertanyaan beruntun Arian.
            “Maafin adek ya Kak? Hp kakak kemarin rusak. Ini aja baru bener. Maafin adek ya?” Nayra merasa bersalah.
            “Ya nggak papa Dek, kirain adek yang kenapa-kenapa”. Jawab Arian menenangkan Nayra.
            Arian selalu memanjakan Nayra. Ia tak pernah menyalahkan sepenuhnya kepada Nayra. Itulah yang membuat Nayra tak ingin melepaskan Arian. Walaupun dengan jelas kakaknya tak menyukai, Nayra tak peduli.
            “ Semoga kak Ary lambat taun bakalan suka sama kak Arian”. Fikir Nayra.
***
            16 Mei 2011, merupakan pengumuman kelulusan sekaligus perpisahan. Hati Nayra begitu deg-degan. Saat ia memegang amplop kelulusan, jantungnya berdetak semakin cepat.
            Amplop itu secara perlahan ia buka. “LULUS” kata itu tertulis di kertas dalam amplop. Tubuhnya seketika bersujud syukur. Air matapun tak terasa mengalir keluar.
            “Kabar ini harus aku kasih tahu ke Bunda dan kakak-kakakku di rumah. Tak lupa spesial untuk kekasihku”. Fikir Nayra setelah terbangun dari sujudnya.
            Nayra mengambil hp di tasnya. Dan menulis sms untuk semuanya. Pesan singkat itu bertulis “aku lulus”. Secara singkat, pesan itu dikirim. Balasan-balasan kebahagiaan itupun diterimanya.
            “Senengnya adek. Ya udah sekarang adek nikmati kegembiraan itu sama temen-temen ya? Kakak nggak kan ganggu”. Balasan Arian mencoba mencoba mengerti.
            Hari ini benar-benar Nayra manfaatkan untuk berkumpul sama teman-temannya. Dia sudah mengatur waktu lain untuk perayaan bersama Arian.
***
            Jantung Nayra berdegub lebih kencang dari biasanya. Dihadapan cermin, dia terus berputar-putar memilih penampilan yang benar-benar terbaik. Hari ini adalah hari pertama kalinya ia akan pergi ke rumah Arian. Sekedar bersilahturahmi karena bertepatan dengan perayaan hari raya idul fitri. Pertama kali Nayra berkenalan dengan keluarga Arian. Untuk itu, Nayra tak ingin kedatangan perdananya ini melukis kesan tak baik.
            Tin... Tin...
            Suara klakson motor Arianpun telah terdengar. Nayrapun langsung keluar.
            “Adek cantik banget hari ini. Mau kemana sih?” Candaan Arian.
            “Iihh kakak, grogi loch ini”. Jawab Nayra manja.
            Mereka berdua melaju ke rumah Arian. Kira-kira 15 menit, motor fit X merah itupun berhenti. Muka grogi itupun semakin nampak di muka Nayra. Nayra perlahan turun. Dilihatnya wanita paruh baya tengah menunggu di depan pintu. Seketika Nayra berusaha tenang. Ibu Arian dengan ramah menyambutnya.
            Langkah kaki malu-malu Nayra mulai menapaki rumah. Senyum malu-malu terus mengembang di wajah Nayra. Sikap sopan dan ramah berusaha Nayra tunjukan. Keluarga Arian begitu baik padanya. Membuat Nayra merasa nyaman dan tak canggung.
            Nayrapun tersenyum saat belaian tangan mendarat di kepalanya. Dengan lembut Ibu mengelusnya. Dengan diiringi obrolan ringan dan canda, kedekatan itu mulai terasa. Melihat kedekatan antara Nayra dengan keluarganya, Arianpun hanya tersenyum.
***
            Waktu belum berpihak pada kisah cinta Arian dan Nayra. Satu minggu setelah kebahagiaan itu terukir, hubungan itu berada di ujung tanduk. Bunda Nayra yang awalnya menyukai Arian, berbalik 180 . Suruhan putus dengan mudah Bunda sampaikan pada Nayra.
Ia tak bisa melepaskan Arian begitu saja. Kedekatannya bersama Arian sudah kuat. Nayra benar-benar mencintai cowok sederhana itu. Hubungan yang ia kira berjalan mulus, ternyata harus rela ia akhiri. 1,5 tahun kenangan indah yang telah terukir bersama Arian yang menemaninya harus rela ia lupakan.
            Satu hal yang tak ingin ia lakukan. Hal itu adalah menentang perintah Bundanya. Sebagai anak, ia tak bisa berbuat apa-apa. Meski mengorbankan perasaannya, dengan berat ia melepas Arian sang pemilik hatinya.
            Walau bibir tak sanggup berkata, mata tak sanggup menatap. Nayra dengan keberanian yang ia miliki menyampaikan itu semua kepada Arian. Sakit yang ia rasakan memang.
            Ketika Arian menyerah, menuruti kemauan Bunda Nayra itu. Hati Nayra semakin hancur. Dalam hati yang paling dalam, keinginan untuk tetap bertahan itu ada. Namun Arian yang menginginkan Nayra bisa menjadi seperti apa yang Bunda inginkan, dengan berat juga melepaskan Nayra yang selalu ada untuknya.
            “Kalau kita berjodoh, pasti kita bakalan bisa bersatu lagi Dek. Kakak yakin, adek pasti bisa”. Pernyataan itu keluar dengan berat dari bibir Arian yang juga menahan tangis.
            Arianpun pergi meninggalkan Nayra yang duduk di bangku sendirian. Genggaman tangan Nayra yang tak ingin melepaskan Arian, terlepas juga. Tangis yang ia lakukan melihat kekasihnya itu pergi. Bukan hanya pergi dari pandangannya, namun juga pergi dari hatinya.
            Dengan langkah lemah, seperti orang tak bergairah hidup, Nayra pergi ke kamarnya. Dia duduk dengan pikiran terbang kemana-mana. Hal yang tak pernah ia inginkan ternyata kini benar-benar terjadi.
***
            Dengan langkah kaki yang berat, Nayra beranikan untuk pergi ke rumah Arian. Tujuannya adalah ingin minta maaf dan juga memperbaiki hubungannya dengan Arian. Satu minggu setelah kejadian itu, Nayra benar-benar merasa bersalah. Ternyata ia memang nggak bisa jika tanpa Arian.
            Saat Nayra datang, Arianpun menunjukkan ekspresi yang tak biasa. Arian benar-benar terlihat beda. Bersikap diam dan badannya terlihat lemas. Sikap canggung terlihat jelas antara keduanya.
            “Ada apa lagi Dek? Tumben kesini?” Arian memulai pembicaraannya.
            “Maafin adek ya Kak? Ternyata adek nggak bisa tanpa kakak”. Nayra tak berani menatap Arian.
            “Udahlah Dek, jangan kayak gini. Ini buat kakak juga sulit ngelepas adek. Kakak bakalan tetep sayang sama adek. Karna adek tetep adek kakak selamanya. Sekarang gapai cita-cita adek dulu”. Arian mengusap air mata yang menetes di pipi Nayra.
            Ternyata hubungan itu harus benar-benar berakhir. Nayrapun mencoba sabar. Walau tangisnya tak kunjung reda. Hari itu benar-benar ia manfaatkan bersama Arian. Walau status mereka tak lagi pacaran, kedekatan itu masih terlihat jelas. Malah kedekatan itu semakin dekat.
            Seharian itu mereka berdua melakukan sesuatu hal yang baru. Mereka berdua sholat dzuhur berjama’ah. Dan sebagai perpisahan terakhir, Arian menyanyikan lagu romantis untuk Nayra sambil bermain gitar.
            Hati Nayra begitu senang hari itu. Namun status benar-benar telah berbeda. Arian yang dulu malaikat di hatinya, kini hanyalah sebatas mantan. Hari demi hari Arian semakin berbeda. Kata adek kakak yang pernah di ucapnya tak ada bukti. Arian kini semakin menjauh. Merekapun tak ada lagi komunikasi. Nayra tak pernah menyangka kalau akhir kisah cintanya seperti ini.
            Pergi saja kau pergi, tak usah kembali. Percuma saja kini hanya mengundang perih. Cukup tahu ku dirimu, cukup sakit ku rasakan kini.
            Lagu geisha di nyanyikan Nayra yang kecewa dengan sikap Arian.           
“Ya Allah, mengapa baru pertama aku merasakan yang namanya sayang banget sama cowok, tapi rasa sakit yang akhirnya aku dapat”.
THE END

0 komentar:

Posting Komentar