About

2NE1 - I Am the Best

Powered by mp3skull.com
Asih Nurhidayati

Pages

Kamis, 25 April 2013

Filsafat Islam



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Pembicaraan tentang filsafat Islam tidak bisa terlepas dari pembicaraan filsafat secara umum. Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yaang berkesinambungan di seluruh jagad raya ini. tidak dapat diragukan lagi bahwa ada pemikiran filsafat yang tumbuh dalam Islam. Mempunyai banyak tokoh dan aliran, problematika dan teori, di samping berbagai kekhususan dan keistimewaannya. Filsafat Islam tumbuh dan berkembang di bawah naungan Islam, dipengaruhi oleh ajaran-ajarannya dan hidup di bawah suasana peradabannya.
            Ada filsafat Islam yang punya ciri khas tersendiri, yang secara tidak dipertentangkan lagi merupakan suatu lingkaran dalam mata rantai pikiran manusia yang mengambil dari mata rantai terdahulu sekaligus memberikan bahan kepada filsafat yang datang sesudahnya. Filsafat ini punya eksistensi, sendi-sendi sekaligus penemuan baru (yang ciri khasnya).
            Disini akan dibahas secara lebih terperinci mengenai filsafat Islam. Mulai dari pengertian, perkembangan dan tokoh-tokoh dalam filsafat Islam.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Filsafat Islam?
2.      Bagaikan perkembangan Filsafat Islam?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh dalam Filsafat Islam?

1.3  Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:
1.      Mengetahui pengertian Filsafat Islam.
2.      Mempelajari perkembangan Filsafat Islam.
3.     
1
 
Mengetahui tokoh-tokoh dalam Filsafat Islam.
1.4  Manfaat
      Dalam penulisan makalah ini, manfaat yang dapat kita peroleh yaitu:
1.      Mengetahui mengenai pengertian Filsafat Islam.
2.      Mengetahui perkembangan dan tokoh-tokoh dalam Filsafat Islam.
3.       Menambah pengetahuan



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian Filsafat Islam
            Islam sebagai agama yang mengajak untuk memikirkan, menganalisa dan mengarahkan pandangan kepada bukti-bukti yang ada di langit dan di bumi. Islam tidak mengharamkan pembahasan atau mempersempit kebebasan berfikir.
            Filsafat Islam khas dengan berbagai masalah dan problematika, yang dikemukakan sebagai penyelesaiannya filsafat Islam meneliti problematika yang satu dan banyak menyelesaikan korelasi antara Allah SWT dengan para pemeluknya sebagai problema yang menyulut peradaban panjang dikalangan mutakalamin. Filsafat Islam dilahirkan oleh lingkungan dimana dia hidup dan tidak terlepas dari kondisi yang melingkupinya, maka filsafat Islam adalah filsafat religius spiritual.[1]
            Namun  bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, maka munculnya pemikiran filsaat dalam dunia Islam ini merupakan gejala dari perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak timbulnya agama Islam. Bukanlah agama Islam sejak dini telah memberikan jawaban-jawaban yang tegas dan ringkas mengenai beberapa persoalan metafisika, Tuhan,  jiwa dan manusia. Pengetahuan tersebut pada mulanya diterima begitu saja namun kemudian diperluas dan dikembangkan dengan memadukan kebenaran wahyu dan akal rasio.[2]
            Filsafat Islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam. Adapun definisinya secara khusus seperti apa yang dikemukakan penulis Islam sebagai berikut:[3]
1.     
3
 
Ibrahim Madkur, filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
2.      Ahmad Fu’ad Al-Ahwaniy, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
3.      Muhammad ‘Athif Al-‘Iraqy, filsafat Islam secara umum di dalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh intelektual Islam. Pengertiannya secara khusus, ialah pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof Muslim. 

Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat Islam secara keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini merupakan dorongan ajaran Al-qur’an dan hadis. Perlu di ingat bahwa filsafat Islam adalah filsafat  yang bermuatan religius (keagamaan), namun tidak mengabaikan persoalan-persoalan kefilsafatan. Jadi, pengakuan tentang  tentang adanya filsafat Islam harus dilihat dari ajaran pokok agamanya. Karena pada hakikatnya jika tidak ada ilham Al-qur’an sebagai sumber dorongan, filsafat dalam dunia Islam dalam arti yang sebenarnya tidak akan pernah ada.[4]

2.2              Perkembangan dan Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
            Dalam sejarah dunia filsafat, Yunani merupakan tempat tonggak awal mula munculnya filsafat. Waktu itu pemikiran filsafat mulai tumbuh dan berkembang di beberapa kota di Yunani.[5]
Pemikiran filosof masuk ke dalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli pikir Islam di Siria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Filsafat Yunani datang ke daerah-daerah ini ketika penaklukan Alexander Yang Agung ke Timur pada abad ke empat (331) sebelum Masehi.[6]
Barulah pada zaman Dinasti Bani Abbas dengan pusat kerajaannya Baghdad mulai tertarik pada filsafat Yunani.[7] Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani dengan cara-cara pengobatannya. Kemudian mereka juga tertarik kepada ilmu-ilmu pengetahuan lainnya termasuk filsafat.[8]
Golongan yang banyak tertarik kepada filsafat Yunani adalah kaum Mu’tazilah. Pembahasan mereka dalam bidang Teologi banyak diwarnai pemikiran filosufi.[9]
Maka kemudian muncullah para filosuf  Islam Arab khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dan lain-lainnya.


Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
1.                  Al-Kindi (795-873 M)
A.       Biografi
Ia mempunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Khufah. Ia berasal dari keturunan bangsawan Arab dari Kindah di Arab Selatan. Orang tuanya adalah seorang gubernur di Basrah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid.[10]
Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyutnya, Al-Asy’as ibnu Qais, adalah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw.[11]
Al-Kindi mengalami kemajuan pikiran Islam dari penerjemahan buku-buku asing kedalam bahasa Arab, bahkan ia termasuk pelopornya. Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat. Dalam suasana yang penuh pertentangan agama dan mazhab, dan yang dibanjiri oleh paham golongan Mu’tazilah serta ajaran-ajaran syi’ah.
Al-Kindi adalah orang pertama yang memasukkan kajian filsafat sebagai salah satu ilmu keislaman.[12]
Ia penganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat. Bagi Al-Kindi orang yang menolak filsafat berarti mengingkari kebenaran, dan dapat dikelompokkan kafir, karena orang tersebut telah jauh dari kebenaran.[13]
Tentang kapan Al-Kindi meninggal tidak ada suatu keteranganpun yang pasti. Mustafa ‘Abd Al-Raziq cenderung mengatakan tahun wafatnya adalah 252 H, sedangkan Massignon menunjuk tahun 260 H.[14] Ia meninggal pada tahun 873 M di Baghdad.[15]

B.       Filsafat dan Karya-Karya Al-Kindi
Menurut Al-Kindi filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran). Sesuatu menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan, ilmu keutamaan, ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Dalam pemikiran filosufisnya Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Plato, dan neo-Plationisme. Diantara hasil karyanya yang terkenal adalah Hallmuth Rittter.[16]
Al-Kindi berpendapat bahwa alam itu temporal dan berkomposisi, yang karenanya ia membutuhkan Pencipta yang menciptakannya.[17]
Ia membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu (1) thibiyyat, sebagai tingkat yang paling bawah; (2) al-ilm ar-riyadhi, sabagai tingkatan tengah-tengah; (3) ilm ar-rububiyyah, sebagai tingkatan yang paling tinggi.[18]




2.                  Al-Farabi (870-950 M)
A.       Biografi
Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu nashr Muhammad  bin Muhammad bin Tharkhan Al-Farabi. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kampung kelahirannya Al-Farabi.[19] Ia dilahirkan di Wasij, Distrik Farab, Turkistan pada tahun 257 H/870 M.[20]
Sejak kecil Al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa. Bahkan yang dikuasainya antara lain bahasa Iran. Namun ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Suryani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.
Al-Farabi dalam dunia Islam mendapat kehormatan dengan julukan al-Mu’allim al-Sany (Guru Kedua).[21]
Pada tahun 330 H (941 M) ia pindah dan menetap di Damsyik sampai wafatnya pada tahun 337 H (950 M).

B.       Filsafat dan Karya-Karya Al-Farabi
Ia mendefinisikan filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada. Pokok filsafat politik kenegaaan Al-Farabi ialah autokrasi.[22]
Mengenai pengertian filsafat, ia mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud.[23]
Menurut Al-Farabi Tuhan tidak mengetahui yang particular artinya Pengetahuan Tuhan tentang yang rinci tidak sama dengan pengetahuan manusia, Tuhan dapat menangkap yang universal. Pengetahuannya yang paticular tidak secara langsung, melainkan ia sebagai sebab bagi yang particular.[24]


Berikut ini karangan Al-Farabi ialah:
1)      Tahsil As-Sa’adah
2)      ‘Ujunul-Masail
3)      Ara-u Ahlil-Madinah Al-Fadhilah
4)      Ih-Sa’u Al-Ulum
5)      Al-Jam’u baina Ra-jai Al-Hakimaini
6)      Aghradhu Ma Ba’da Ra-Jai Al-Hakimaini

3.                  Ibnu Sina (980-1037 M)
A.    Biografi
Nama lengkap Ibnu Sina ialah Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibnu Sina. Di Barat lebih dikenal dengan nama Avicenna.[25] Ibnu Sina dilahirkan di Afsyana dekat Bukhara pada tahun 980 M dan meninggal dunia pada tahun 1037 M dalam usia 58 tahun. Jasadnya dikebumikan di Hamadzan.[26]
Ia dikenal sebagai ahli filsafat dan ahli kedokteran. Dalam bidang filsafat ia menulis dalam bukunya yaitu: logika, ilmu alam, ilmu pasti dan ilmu ilmu ketuhanan. Dalam bidang kedokteran yang berjudul Al-qur’an.
B.     Filsafat dan Karya-Karya Ibnu Sina
Sebagai filosuf muslim ia berusaha mendekatkan jarak antara teori filsafat dan dalil agama. Menurutnya bahwa banyak dari hasil pemikiran filsafat yang sesuai dengan prinsip dengan prinsip agama.
Ibnu Sina mengatakan bahwa Tuhan itu adalah Al-Aqlu (akal). Ia memikirkan diri-Nya lalu melikirkan sesuatu di luar dirinya menyebabkan timbulnya akal lain yang dinamakan Akal Pertama.[27]
Bagi Ibnu Sina, Allah adalah sesuatu yang harus ada dengan sendirinya, tidak ada sesuatu apapun juga yang menyekutui-Nya dalam substansi-Nya, karena Ia tidak memiliki tandingan maupun lawan, genus diferensia maupun batasan.
Ibnu Sina walaupun sibuk bekerja dalam pemerintahan, namun ia adalah seorang penulis yang luar biasa produktif sehingga ia tidak sedikit meninggalkan karya tulis yang sangat besar pengaruhnya baik di dunia Barat maupun di dunia Timur. Di antaranya adalah:[28]
1)      Al-Syifa’
2)      Al-Najat
3)      Al-Qanun fi al-Thibb
4)      Al-Isyarat wa al-Tanbihat

4.                  Al-Ghazali (1058-1111 M)
A.    Biografi
Al-Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad Ibnu Ahmad Al-Ghazali Al-Thusi. Ia dilahirkan pada tahun 450 H/1058 M di Ghazal, Thus, Provinsi Khurasan, Republik Islam Iran.[29]
Al-Ghazali diberi gelar kehormatan dengan Hujjat al-Islam karena pembelaannya yang mengagumkan terhadap agama Islam.[30] Ia membela Islam dalam menolak orang-orang Nasrani, juga dalam serangannya terhadap kaum Batiniah dan kaum Filosof.[31]
Menurut Al-Ghazali, Allah adalah satu-satunya sebab bagi alam. Alam Ia ciptakan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, karena kehendak Allah adalah sebab bagi segala yang ada, sedangkan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.[32] Ia meninggal dunia pada tahun 1111 M dalam usia 54 tahun di Naisabur.[33]
B.     Filsafat dan Karya-Karya Al-Ghazali
Al-Ghazali sangat aktif dan disiplin dalam memberikan kuliah dalam bidang fiqh madzab syafi’i. Dalam perjalanan hidup yang cukup singkat, Imam Ghazali banyak menyimpan rahasia yang terkandung dalam berbagai karya yang ditinggalkan.
Karya-karya Al-Ghazali dipekirakan 300 Buah.[34] Dalam setiap tahun, ia menghasilkan karya tidak kurang dari 10 buah (kitab/buku) diantaranya sebagai berikut:
a)      Ilmu kalam dan filsafat
b)      Kelompok fiqh dan ushul fiqh
c)      Kelompok tafsir
d)     Kelompok ilmu tasawuf dan akhlak secara integral bahasanya.
Di bawah ini beberapa wasiat dari karya ilmiahnya yang paling besar pengaruhnya terhadap pemikiran umat Islam.[35]
1)      Ihya’ Ulum al-Din
2)      Al-Iqtishad fi al-I’tiqad
3)      Maqasid al-Falasifat
4)      Tahafut al-Falasifat
5)      Mizan al-‘amal

5.                  Ibnu Rusyd (1126-1198 M)
A.       Biografi
Nama lengkap Ibnu Rusyd ialah Abu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Rusyd. Ia dilahirkan pada tahun 510 H/1126 M di Cordova, Andulus sekitar 15 tahun wafatnya Al-Ghazali. Orang barat menyebutnya dengan nama Averrois.[36]
Suatu hal yang sangat mengagumkan ialah hampir seluruh hidupnya ia pergunakan untuk belajar dan membaca.[37] Di masa mudanya Ibnu Rusyd belajar Teologi Islam, hukum Islam, ilmu kedokteran, matematika, astronomi, sastra dan filsafat. Pada tahun 1169 M. Ia diangkat menjadi hakim di Seville dan pada tahun 1182 M hakim di cordova.[38]


B.       Filsafat dan Karya-Karya Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd tugas filsafat ialah tidak lain dari berfikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta semua yang ada ini. Dan Al-qur’an menyuruh supaya manusia berfikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan.[39]
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Karangannya meliputi berbagai ilmu, seperti fiqh, usul, bahasa, kedokteran, astronomi, politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya.karena sangat tinggi penghargaannya terhadap Aristoteles, tidak mengherankan kalau ia memberikan perhatian besar untuk mengulaskan dan meringkas filsafat Aristoteles.
Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat:[40]
1)      Bidayatul-Mujtahid, ilmu fiqh
2)      Faslul-Maqalfi ma baina Al-Hikmati was-Syari’at min Al-Ittisal (ilmu kalam)
3)      Manahij Al-Adillah fi Aqaidi Ahl Al-Millah (ilmu kalam)
4)      Tahafur At-Tahafut

Salah satu kelebihan karya tulisnya ialah gaya penuturan yang mencakup komentar, koreksi, dan opini sehingga karyanya lebih hidup dan tidak sekedar deskripsi belaka. Namun, amat disayangkan karangannya sulit ditemukan dan sekiranya ada sudah diterjemahkan orang ke dalam bahasa Latin dan Hebrew (Yahudi), bukan dalam bahasa aslinya (Arab). Ini semua akibat tragedi nista yang menimpa dirinya ketika diadili dan dibuang ke Lucena di mana buku-bukunya yang mengandung filsafat dimusnahkan.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Filsafat  Islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam. Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat Islam secara keseluruhan.
            Dalam sejarah dunia filsafat, Yunani merupakan tempat tonggak awal mula munculnya filsafat. Pemikiran filosuf masuk ke dalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Golongan yang banyak tertarik kepada filsafat Yunani adalah kaum Mu’tazilah.
Tokoh-tokoh filsafat Islam
1.                  Al-Kindi
            Menurut Al-Kindi filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran). Sesuatu menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan, ilmu keutamaan, ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Diantara hasil karyanya yang terkenal adalah Hallmuth Rittter.
2.                  Al-Farabi
Ia mendefinisikan filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada. Pokok filsafat politik kenegaaan AL-Farabi ialah autokrasi. Berikut ini karangan Al-Farabi ialah:
1)      Tahsil As-Sa’adah
2)      ‘Ujunul-Masail
3)      Ara-u Ahlil-Madinah Al-Fadhilah
4)      Ih-Sa’u Al-Ulum
5)      Al-Jam’u baina Ra-jai Al-Hakimaini
6)      Aghradhu Ma Ba’da Ra-Jai Al-Hakimaini
3.                  Ibnu Sina
12
 
            Menurutnya bahwa banyak dari hasil pemikiran filsafat yang sesuai dengan prinsip dengan prinsip agama.
Karyanya antara lain adalah:
1)      Al-Syifa’
2)      Al-Najat
3)      Al-Qanun fi al-Thibb
4)      Al-Isyarat wa al-Tanbihat
4.                  Al-Gazhali
Al-Ghazali sangat aktif dan disiplin dalam memberikan kuliah dalam bidang fiqh madzab syafi’i. Dalam perjalanan hidup yang cukup singkat, Imam Ghazali banyak menyimpan rahasia yang terkandung dalam berbagai karya yang ditinggalkan.
Karyanya antara lain adalah:
1)      Ihya’ Ulum al-Din
2)      Al-Iqtishad fi al-I’tiqad
3)      Maqasid al-Falasifat
4)      Tahafut al-Falasifat
5)      Mizan al-‘amal
5.                  Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd tugas filsafat ialah tidak lain dari berfikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta semua yang ada ini.
Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat:
1)    Bidayatul-Mujtahid, ilmu fiqh
2)    Faslul-Maqalfi ma baina Al-Hikmati was-Syari’at min Al-Ittisal (ilmu kalam)
3)    Manahij Al-Adillah fi Aqaidi Ahl Al-Millah (ilmu kalam)
4)    Tahafur At-Tahafut




           
    

DAFTAR PUSTAKA


Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum. Pustaka Setia: Bandung.

Jalil, Mat. Filsafat Umum Philosophi.

Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 2002. Filsafat Umum. Pustaka Setia: Bandung

Madkour, Ibrahim. 2002. Aliran dan Teori Filsafat Islam. PT. Bumi Aksara: Jakarta

Zar, Sirajuddin. 2010. Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta






















[1] Mat jalil, Filsafat Umum Philosophi, hlm. 143
[2] Ahmad Syadali, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 165
[3] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,2010), cet. IV, hlm. 15-16
[4] Ibid., hlm. 16
[5] Syadali, op., cit., hlm 164
[6] Sirajuddin, op., cit., hlm. 32
[7] Ibid., hlm. 34
[8] Syadali, op., cit., hlm 164-165
[9] Ibid., hlm. 165
[10] Ibid., hlm. 167
[11] Sirajuddin, op., cit., hlm. 37
[12] Syadali, op., cit., hlm. 166
[13] Jalil, op., cit., hlm. 144
[14] Sirajuddin, op., cit., hlm. 41
[15] Syadali, op., cit., hal. 166
[16] Ibid., hlm. 166-167
[17] Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), cet. II, hlm. 118
[18] Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 436
[19] Syadali, op., cit., hlm. 167
[20] Sirajuddin, op., cit hlm. 65
[21] Ibid., hlm. 67
[22] Syadali, op., cit., hlm. 69
[23] Abdul Hakim, op., cit., hlm. 436
[24] Mat Jalil, op., cit., hlm. 154-155
[25] Syadali, op., cit., hlm. 173
[26] Sirajuddin, op., cit., hlm. 91
[27] Syadali, op., cit., hlm. 175
[28] Sirajuddin, op., cit., hlm. 94
[29] Ibid, hlm. 155
[30] Ibid, hlm. 158
[31] Madkour, op., cit., hlm. 73
[32] Ibid, hlm. 75
[33] Syadali, op., cit., hlm. 180
[34] Jalil, op., cit., hlm. 166
[35] Sirajuddin, op., cit., hlm. 159
[36] Ibid, hlm. 221
[37] Ibid, hlm. 222
[38] Syadali, op., cit., hlm. 183
[39] Ibid, hlm. 184
[40] Abdul Hakim, op., cit., hlm. 504

0 komentar:

Posting Komentar